Latest Updates

Sembilan kasir membuat musik yang indah

Sembilan kasir membuat musik yang indah


Sembilan kasir membuat musik yang indah. Really creative and surprising!

I'll Think Of You

I'll Think Of You



Pernah Ditolak Jadi Karyawan KFC, Kini Ia Jadi Manusia Terkaya di Asia


Jack Ma akhirnya didaulat sebagai orang terkaya di Benua Asia. Sudah bertahun-tahun ia bertengger di posisi ke-2, di bawah Li Ka-shing, pemilik properti terbesar disana. Dilansir dari China Daily, Jack Ma akhirnya menyalip taipan properti itu dengan selisih tipis. Pemiliki situs alibaba.com ini memiliki 28,6 miliar dolar AS, sedangkan Li hanya memiliki 28,3 miliar dolar AS.

Sebelum mendirikan Alibaba.com, Jack Ma dulu hanya seorang guru bahasa inggris. Profesi ini pun bukan pilihan pertamanya. Sebelum menjadi guru, ia sudah puluhan kali mendaftar pekerjaan namun selalu ditolak. Ia juga sempat mendaftar menjadi karyawan di KFC, namun dari 27 orang yang mandaftar hanya 26 yang diterima. Ya, hanya ia satu-satunya yang tidak diterima. Ada 30 perusahaan ia lamar namun semuanya menolak.

Jack Ma atau Ma Yun lahir di Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China pada tanggal 15 oktober 1964. Jack Ma tumbuh di lingkungan penduduk yang sederhana di Hangzhou pada 1980-an. Saat itu, China baru membuka diri terhadap bangsa barat. Semasa hidupnya, dia harus berhadapan dengan berbagai masalah. Ma ditolak di setiap sekolah, tempat dia ingin belajar. Bahkan sejak sekolah dasar, dia sudah menerima penolakan karena ujian matematikanya yang tak begitu baik.

Tapi Ma bertahan dan melaluinya. Sejak usia 12 hingga 20 tahun, dia mengendarai sepedanya selama 40 menit ke hotel di mana dia dapat belajar bahasa Inggris. Delapan tahun bergaul bersama banyak turis asing benar-benar mengubah cara pandangnya mengenai hidup. Ma merasa dirinya berpikir lebih global dibandingkan kebanyakan penduduk China lain.

Apa yang diceritakan para turis sangat berbeda dengan semua yang dipelajari Ma dari para guru dan buku di sekolah. Ma pertama kali menggunakan internet pada 1995 saat dia mencari kata `beer` dan `China`. Tapi saat itu, Ma tidak menemukan hasil pencarian yang diharapkan melalui internet. Berbekal rasa penasaran, dia lantas menciptakan laman website untuk jasa terjemahan bahasa China dengan seorang teman. Hanya dalam beberapa jam saja, dia menerima banyak surat elektronik (email) yang cukup membantunya membangun situs tersebut.


Penulis : Eris Estrada
Sumber : medan.tribunnews.com

https://www.facebook.com/FamilyGuideIndonesia

Baca juga:

Susah Cari Kerja, Gadis Cantik Ini Memilih Jadi Pemulung

Menjadi seorang warga negara dari sebuah negara dengan jumlah penduduk terbesar sedunia memang bukanlah hal yang mudah. Mulai dari sulitnya mengais rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidup hingga mendapat tempat tinggal yang layak.

Sama halnya dengan apa yang dirasakan seorang wanita cantik asal Cina ini. Terlahir sebagai wanita yang cantik bukan berarti mudah bagi dirinya untuk mengais rezeki di negaranya. Demi memembeli kebutuhan pengobatan ibunya yang sakit, Lolita, akhirnya memilih berkerja sebagai pemulung barang-barang bekas.

Seperti yang dilansir dari rocketnews24.com, Kamis (13/11), Lolita mengaku jika persaingan mencari kerja di Negeri Tirai Bambu itu sangatlah ketat. Memiliki paras cantik tak menjadi jaminan diterima kerja di sebuah perusahaan.

Beberapa media sosial pun heboh dengan hadirnya seorang pemulung berparas rupawan Lolita. Gadis berusia 18 tahun itu terlihat sering berkeliaran mengais sampah di jalanan Ibu Kota Beijing.

Kisah hidupnya pun sangat mengharukan. Ia terpaksa meninggalkan kampung halamannya untuk mengais rejeki di Beijing dan sempat bekerja di restoran. Namun karena upah yang terlalu kecil sementara dia harus membiayai Ibu dan adiknya, Lolita pun mencari jalan keluar dengan menjadi pemulung dan pengamen.

Dengan dandanan ala kadarnya, kecantikannya masih terpancar. Meski memiliki kecantikan yang luar biasa, Lolita tak malu untuk bekerja kasar untuk mendapatkan uang demi biaya pengobatan Ibunya. (Cesariana Sitanggang)

Sumber : rocketnews24.com
copas dari Tribun Lampung



Baca Juga:
Jim Geovedi: Meretas Satelit di Langit
Mengorbankan Ginjal Demi Ibu
Pianis dengan 4 Jari
Angga Fajar, Putra Tukang Bangunan Yang Lulus S2 Dengan IPK 4,00
Siti, Penjuall Bakso Berusia 7 Tahun
Tolak Sekolah Normal karena Banyak Kecurangan, Andri Rizki Putra Giat Bangun Pendidikan Kejujuran

Jim Geovedi: Meretas Satelit di Langit

Seorang hacker Indonesia membangun reputasi dunia. Dia terkenal karena bisa meretas satelit.

Jim Geovedi adalah orang yang berbahaya. Pada masa ketika nyaris semua informasi dan manusia terkoneksi, Jim, jika dia mau, bisa setiap saat keluar masuk ke sana: melongok percakapan surat elektronik atau sekedar mengintip perselingkuhan anda di dunia maya.

Lebih dari itu, dia bisa saja mencuri data-data penting: lalu lintas transaksi bank, laporan keuangan perusahaan atau bahkan mengamati sistem pertahanan negara.

“Kalau mau saya bisa mengontrol internet di seluruh Indonesia,“ kata Jim dalam percakapan denganDeutsche Welle. Saat saya tanyakan itu kepada pengamat IT Enda Nasution, dia mengaku percaya Jim Geovedi bisa melakukan itu.

Saya memilih percaya dan tidak mau menantang Jim untuk membobol situs Deutsche Welle.

Dia adalah hacker Indonesia dengan reputasi global: hilir mudik Berlin, Amsterdam, Paris, Torino, hingga Krakow menjadi pembicara pertemuan hacker internasional yang sering dibalut dengan nama seminar sistem keamanan. Dalam sebuah pertemuan hacker dunia, Jim memperagakan cara meretas satelit: ya, Jim bisa mengubah arah gerak atau bahkan menggeser posisi satelit. Keahliannya ini bisa anda lihat di Youtube.

Jim Geovedi sejak 2012 pindah ke London dan mendirikan perusahaan jasa sistem keamanan teknologi informasi bersama rekannya. Dia menangani para klien yang membutuhkan jasa pengamanan sistem satelit, perbankan dan telekomunikasi. Dua tahun terakhir, dia mengaku tertarik mengembangkan artificial intelligence komputer.

Tapi Jim Geovedi menolak disebut ahli. Dalam wawancara, Jim lebih suka menganggap dirinya “pengamat atau kadang-kadang partisipan aktif dalam seni mengawasi dari tempat yang jauh dan aman.“

Tidak, Jim bukan lulusan sekolah IT ternama. Lulus SMA, Jim menjalani kehidupan jalanan yang keras di Bandar Lampung sebagai seniman grafis. Beruntung seorang pendeta memperkenalkan dia dengan komputer dan internet. Sejak itu, Jim Geovedi belajar secara otodidak: menelusuri ruang-ruang chatting para hacker dunia.

Deutsche Welle
Apa saja yang pernah anda hack?

Jim Geovedi
Saya tidak pernah menghack…kalaupun ya, saya tidak akan mengungkapkannya dalam wawancara, hehehe. Tapi saya banyak dibayar untuk melakukan uji coba sistem keamanan. Saya punya konsultan perusahaan keamanan untuk menguji aplikasi dan jaringan. Klien saya mulai dari perbankan, telekomunikasi, asuransi, listrik, pabrik rokok dan lain-lain.

Deutsche Welle
Bagaimana anda membangun reputasi sebagai hacker?

Jim Geovedi
Saya tidak memulai dengan menghack sistem, kemudian setelah terkenal membuka identitas dan membangun bisnis sistem keamanan. Sejak awal, saya lebih banyak bergaul dengan para hackerdunia ketimbang Indonesia, dan dari sana saya sering diundang menjadi pembicara seminar atau diwawancara media internasional. Beberapa tahun setelah itu saya mulai diperhatikan di Indonesia. Tahun 2004, saya diminta membantu KPU (saat itu data pusat penghitungan suara Pemilu diretas-red) yang kena hack. Saya disewa untuk mencari tahu siapa pelakunya (seorang hacker bernama Dani Firmansyah akhirnya ditangkap-red). Ketika wireless baru masuk Indonesia tahun 2003, saya sudah diminta menjadi pembicara di Kuala Lumpur tentang bahaya sistem itu. Tahun 2006, saya diminta menjadi pembicara isu sistem keamanan satelit, dan itu yang mungkin membuat nama saya naik.

Deutsche Welle
Apakah anda bisa menghack satelit?

Jim Geovedi
Ya bisa, satelit itu sistemnya cukup unik. Orang yang bisa mengontrol satelit harus tahu A sampai Z tentang isi satelit. Dan satu-satunya cara adalah anda harus masuk ke ruang operator atau berada dalam situasi kerja sang operator (dengan meretasnya-red). Dari sana anda akan memahami semua hal: satelit ini diluncurkan kapan, bagaimana cara kontrol, sistem apa yang digunakan. Setelah itu anda akan bisa memahami: oh di sini toh kelemahan sistemnya. Itu semua total insting. Semakin sering anda mempelajari kasus, jika berhadapan dengan kasus lain, anda akan bisa melihat adanya kesamaan pola. Kalau anda sudah melihat kesamaan pola, maka anda akan tahu.

Deutsche Welle
Satelit mana saja yang pernah anda hack?

Jim Geovedi
Hahaha…saya harus berada di lingkungan operatornya.

Deutsche Welle
Tapi anda bisa masuk ke lingkungan itu dari jarak jauh (meretas-red) kan?

Jim Geovedi
Hahaha, untuk satu atau dua kasus itu bisa dilakukan.

Deutsche Welle
Satelit mana yang anda hack?

Jim Geovedi
Itu satelit klien saya hahaha…satelit Indonesia dan satelit Cina.

Deutsche Welle
Apa yang anda lakukan dengan satelit itu?

Jim Geovedi
Saat itu saya diminta menguji sistem keamanan kontrol satelit, dan saya melihat: oh ini ada kemungkinnan untuk digeser atau dirotasi sedikit… lalu ya saya geser…dan itu membuat mereka panik karena agak sulit mengembalikan satelit itu ke orbit. Untung mereka punya bahan bakar ekstra. Mereka bilang: oke cukup jangan diteruskan. Satelit yang dari Cina bisa saya geser tapi kalau yang dari Indonesia saya ubah rotasinya.

Deutsche Welle
Dengan kemampuan seperti ini, bagaimana anda mengatasi godaan?

Jim Geovedi
Kalau mau, saya bisa mengontrol internet seluruh Indonesia. Saya bisa mengalihkan traffic (lalu lintas data-red), saya bisa mengamati traffic yang keluar ataupun masuk Indonesia. Saya bisa memodifikasi semua transaksi keuangan…dengan kapasitas saya itu mungkin saja dilakukan. Tapi buat apa? Saya termasuk orang yang bersyukur atas apa yang saya punya. Saya nggak punya interestberlebihan soal materi.

copas dari Jim Geovedi: Meretas Satelit di Langit

Baca juga:
Mooryati Soedibyo, Dian Sastro, dan Metakognisi Susi Pudjiastuti
Pianis dengan 4 Jari
Angga Fajar, Putra Tukang Bangunan Yang Lulus S2 Dengan IPK 4,00
Anak “Bodoh” Peraih Hadiah Nobel
Kisah Achara Poonsawat: Learning by Doing not Teaching
Tolak Sekolah Normal karena Banyak Kecurangan, Andri Rizki Putra Giat Bangun Pendidikan Kejujuran

Ignatius Ryan Tumiwa: S2 Pengangguran

Ignatius Ryan Tumiwa: S2 Pengangguran
Ignatius Ryan Tumiwa (48) pada Agustus 2014 sempat membuat geger kita, karena pada saat itu dia mengajukan uji materi Pasal 344 KUHP terhadap UUD 1945 kepada Mahkamah Konstitusi. Pasal 344 KUHP itu adalah mengenai ancaman hukuman penjara bagi mereka yang melakukan euthanesia.
Ryan mengharapkan MK mengabulkan permohonannya itu dengan mencabut ketentuan pidana terhadap orang yang menghilangkan nyawa orang lain atas permintaannya sendiri. Menurut Ryan adalah hak asasi setiap manusia untuk menghilangkan nyawanya sendiri, termasuk dengan bantuan orang lain.

Motivasi Ryan mengambil langkah hukum itu adalah supaya dia bisa bunuh diri dengan cara disuntik mati oleh dokter. Dasarnya karena dia sudah sangat depresi menghadapi masa depannya yang suram. Sudah lebih dari setahun dia belum memperoleh pekerjaan, padahal alumnus FISIP UI Tahun 1998 ini mempunyai gelar S-2 jurusan Ilmu Administrasi, dengan IPK 3,32. Termasuk tinggi, apalagi kuliahnya di UI.

Untuk mengekspresikan depresinya itu Ryan juga menampilkan dirinya ke publik dengan memperlihatkan ijazah S2 jurusan Ilmu Administrasi FISI UI itu. Itulah cara Ryan mengeksplotasikan kekecewaannya secara maksimal. Betapa tidak kuliahnya di UI, Sarjana S-2, IPK tinggi, tapi apa hasilnya? Sia-sia, tak terpakai sama sekali, pengangguran!
Ryan Tumewa (Tribunnews.com)
Padahal tetangga-tetangganya pun mengatakan Ryan adalah sosok yang genius. Ia pernah menjadi dosen. Kehidupannya mulai menjadi tak menentu setelah orang tuanya meninggal dunia. Frustrasi, depresi, berhenti kerja, mencari kerja, usaha sendiri, semua gagal.

Ryan memang genius secara akedemik, kemampuan kognitifnya tak diragukan lagi, buktinya, ya, mampu lulus menempuh kuliah sampai S-2 di UI dengan IPK tinggi 3,32 itu. Tetapi, apakah semua itu mampu diaaplikasikan dalam dunia kerja yang nyata yang menuntut setiap orang harus bisa serbakreatif, inovatif, perubahan-perubahan yang serbacepat, adaptif, kerja keras, praktis, dan sebagainya?

Sebelum ke MK, dalam depresinya itu, Ryan sudah ke Komnas HAM mengadu nasibnya, tetapi ditolak karena dianggap salah alamat. Dari Komnas HAM dia ke Dinas Kesehatan minta diberi tunjangan, karena menganggap dirinya orang miskin layak menerima tunjangan tersebut. Tetapi di Dinas Kesehatan, Ryan ditolak juga. Kepada dia dijelaskan bahwa tunjangan kemiskinan itu hanya diberikan kepada orang yang benar-benar miskin, yang tunawisma, bukan seperti dirinya.

Dari Dinas Kesehatan, Ryan ke MK, juga gagal. MK menolak permohonan uji materinya itu. Hakim MK malah menyarankan dia ke psikiater untuk mengobati depresinya itu. Saran itu rupanya tidak dituruti Ryan. Cita-cita terakhirnya malah hendak membuang dirinya ke Planet Mars, mengikuti program NASA yang konon akan mengirim sejumlah orang ke Planet Merah itu (Tribunnews.com)



copas dari Susi Pudjiastuti dan “Sarjana Kertas” oleh Daniel H.t.



Baca juga:
Cara Welin Kusuma Raih 19 Gelar Sarjana dalam 13 Tahun
Mooryati Soedibyo, Dian Sastro, dan Metakognisi Susi Pudjiastuti
Kisah Tragis Manusia Super Jenius
Angga Fajar, Putra Tukang Bangunan Yang Lulus S2 Dengan IPK 4,00

Cara Welin Kusuma Raih 19 Gelar Sarjana dalam 13 Tahun

Indonesia boleh berbangga. Sebab ada putra tanah air asal Makassar yang menjadi sorotan media internasional atas prestasi yang diukirnya. Welin Kusuma namanya.

Atas pencapaiannya, meraih 19 gelar hanya dalam waktu 13 tahun, Welin masuk pemberitaan Weird Asia News. Foto dan kisahnya dalam mendapat gelar pendidikan dan profesi tersebut dipampang dalam berita media Asia tersebut edisi 19 Juli 2013.

19 Gelar yang didapatnya itu terdiri dari 8 gelar sarjana (S1), 3 gelar master (S2), dan 8 gelar pelatihan profesional. Bila namanya ditulis beserta gelarnya menjadi: Welin Kusuma ST, SE, SSos, SH, SKom, SS, SAP, SStat, MT, MSM, MKn, RFP-I, CPBD, CPPM, CFP, AffWM, BKP, QWP.

Welin mengaku kesulitan untuk menulis nama beserta gelarnya. Tapi ia bangga bisa menorehkan namanya bersama gelar-gelar tersebut meski memakan panjang tulisan hingga 2 baris.

Banyak orang yang heran dan tidak percaya bagaimana Welin bisa mendapatkan gelar itu dalam waktu singkat. Pada usia 33 tahun, Welin sudah memiliki 19 gelar.

Sejatinya untuk mendapat gelar S1 butuh waktu minimal 4 tahun, S2 minimal butuh waktu 2 tahun. Tapi Welin bisa mendapatkan 19 gelar dalam waktu 13 tahun.

Kelas Paralel

Lalu bagaimana caranya Welin mendapatkan semua itu? Jawabannya adalah kelas paralel. Pria kelahiran 8 Maret 1981 ini mengambil kuliah di beberapa universitas sekaligus.

Belajar dari satu kampus ke kampus lain setiap harinya. Sangat sulit memang. Apalagi saat banyak jadwal mata kuliahnya bentrok dengan kampus lainnya.

Bahkan akibat jadwal tumpang tindihnya itu, ia ditegur pihak kampus untuk mengambil waktu kuliah lebih lama dari biasanya.

Namun Welin tak patah arang. Ia tetap bersemangat dan menjalani semuanya demi menggapai mimpinya: menjadi seorang konsultan dengan banyak perspektif ilmu.

"Gelar profesional beragam. Ada yang berhubungan dengan manajemen, keuangan, dan perpajakan," ungkap Welin.

Meski demikian, pria ini lebih fokus pada bidang manajemen, di samping belajar hukum dan bidang ilmu lainnya demi membantu kliennya mendapatkan informasi lengkap.

Biaya Sendiri

Welin patut diacungi jempol. Pria tangguh ini tak membebani orangtua untuk mewujudkan impiannya. Ia membiayai seluruh pendidikannya sendiri sejak 2004.

Saat ini, Welin bekerja sebagai konsultan pajak lewat gelar BKP-nya walau sebenarnya juga mumpuni pada pekerjaan lapangan bidang sistem informasi.

Berikut daftar lengkap pendidikan yang pernah ditempuh Welin, seperti dimuat blog pribadi Welin, Welinkusuma.blogspot.com.

Gelar pendidikan meliputi:
1. Lulusan SMAN 1 Kendari
2. Sarjana Manajemen Ekonomi (S.E.) besar di STIE Urip Sumoharjo, 2001
3. Sarjana Teknik (S.T.) Universitas Surabaya (Ubaya), 2004
4. Sarjana Hukum (S.H.) Universitas Airlangga 2002
5. Sarjana Administrasi Publik (S.Sos.) Universitas Terbuka (UT) Surabaya, 2002
5. Sarjana Teknik Informatika (S.Kom.) Sekolah Tinggi Teknik Surabaya (STTS), 2002
6. Sastra Inggris (S.S.) Universitas Kristen Petra, 2003
7. Sarjana Administrasi Publik (S.AP.)
8. Sarjana Statistik (S.Stat.)
9. Magister Teknik Industri (M.T.) Insitut Teknologi Surabaya (ITS), 2004
10. Master Ilmu Manajemen (M.S.M.) Universitas Airlangga (Unair)
11. Magister Notaris (M.Kn.) Universitas Airlangga (Unair)

Gelar Profesional meliputi:

1. Perencana Keuangan Terdaftar, Indonesia (RFP-I)
2. Pengembang Merek Profesional Bersertifikat(CPBD)
3. Manajemen Produk Profesional Bersertifikat(CPPM)
4. Perencana Keuangan Bersertifikat (CFP)
5. Afiliasi manajer kekayaan (AffWM)
6. Konsultan Perpajakan Bersertifikat (BKP)
7. Perencana Keuangan Berkualitas (QWP)
8. Sumber Daya Manusia Profesional Bersertifikat (CPHR)

(Riz/Yus)


Credit: Rizki Gunawan
copas dari Raih 19 Gelar Sarjana dalam 13 Tahun, Pria Makassar Disorot Dunia

Baca juga:
Mooryati Soedibyo, Dian Sastro, dan Metakognisi Susi Pudjiastuti
Kisah Tragis Manusia Super Jenius
Pianis dengan 4 Jari
Angga Fajar, Putra Tukang Bangunan Yang Lulus S2 Dengan IPK 4,00

Mengorbankan Ginjal Demi Ibu

copas dari Family Guide

 Cerita ini tentang seorang anak dan ibu. Mereka adalah Pahlawan. Si anak 'mengorbankan' dirinya untuk menyelamatkan ibunya yang memerlukan ginjal baru. Chen baru berumur 5 tahun ketika doktor menemukan adanya kanker pada otaknya. Beberapa bulan selepas itu, ibunya Chen, Zhou, 34 tahun mengalami masalah ginjal. Pada mulanya, keadaan Chen bertambah baik, namun tiba-tiba pertumbuhan kankernya semakin ganas dan doktor memperkirakan bahwa dia tidak akan mencapai usia dewasa. Mereka berjuang bersama selama 2 tahun. Namun keadaan mereka berdua semakin lemah. Mata Chen kini buta akibat kanker dan dia kini hanya sanggup berbaring di atas tempat tidur rumah sakit. Chen memerlukan penjagaan ketat secara rutin setiap hari. Ginjal Zhou semakin kronik dan memerlukan dialisis. Chen yang hampir lumpuh, menyatakan kalau impiannya adalah hanya ingin membantu ibunya. Doktor bertemu dengan nenek Chen, dan mengatakan bahwa Chen tidak akan mampu bertahan dan sekaligus membahas penggunaan ginjal Chen untuk menyelamatkan ibunya dan dua pasien lainnya. Namun, setiap kali neneknya Chen mencoba mengutarakan saran dokter tersebut kepada ibundanya Chen, Sang Ibu selalu mengatakan untuk tidak mengungkit hal tersebut.

Tuhan berkehendak lain, suatu saat Chen mendengar percakapan mereka dan dilema ibunya. Chen pun ingin ia dapat membantu sang Ibu dan sang ibu mau menerima usul tersebut. Dalam suasana penuh haru dan penuh isak tangis, ibunya bersetuju. Dalam pikirannya, Setidaknya seandainya sang Anak telah tiada kelak, ia akan tetap ada dalam “bahagian” hidupnya. Setelah Doktor mengesahkan sel-sel mereka sesuai dan disaat Chen meninggal dunia, Chen langsung di bawa ke bilik pembedahan di mana ginjal dan hatinya dikeluarkan untuk didermakan kepada ibunya dan dua pasien lainnya. Ginjal Chen dua-duanya didermakan untuk wanita berumur 21 tahun dan hatinya untuk lelaki berumur 27 tahun. Semua pemindahan organ berjalan lancar dan selamat. Kematian Chen menyelamatkan tiga lagi nyawa. Setelah Zhou sadar, dia berkata, apa yang menguatkannya untuk meneruskan hidup adalah sebahagian Chen ada dalam dirinya.

Please Like & Share!
Sumber : dewanita.com


copas dari http://health.liputan6.com

Mulianya hati bocah lelaki berusia 7 tahun yang bernama Chen Xiaotian. Ia memiliki keinginan terakhir menyumbangkan ginjal untuk sang ibunya bila ajal menjemputnya.

Chen didiagnosa mengalami tumor otak ganas ketika berusia 5 tahun. Ia mulai kehilangan penglihatannya pada tahun ini ketika tumor menekan saraf optiknya. Sementara sang ibu menderita uremia yang bisa sembuh dengan transplantasi ginjal seperti dilaporkan Shanghai Daily, Jumat (4/4/2014).

Chen berkeinginan keras agar ibunya menerima ginjalnya jika ia meninggal.

Enam jam setelah Chen meninggal, operasi transplantasi ginjal akhirnya dilakukan di Tongji Hospital, Jingzhou City, pada pukul 10.00 waktu setempat. Dokter bedah, Chen Gang, mengatakan kepada ibunya akan sembuh total dan dipindahkan dari ruang perawatan intensif ke bangsal lain dalam waktu kurang dari seminggu.

Chen tak hanya menyumbangkan ginjalnya ke sang ibu. Satu ginjal lainnya ia sumbangkan ke wanita berusia 21 tahun dan hatinya kepada pria berusia 27 tahun. Keduanya juga sudah selesai melakukan operasi.


Baca juga:
Pesan Haru Wanita Yang Dihukum Gantung
Usai Ikat Janji Perkawinan, Lelaki Ini Koma
Sepasang Kakek Nenek Mengambil Foto Yang Sama Setiap Musim Berganti
Pernikahan Wanita Tanpa Tangan
Aku Terpaksa Menikahinya
5 Menit Saja

Mooryati Soedibyo, Dian Sastro, dan Metakognisi Susi Pudjiastuti

oleh Prof. Rhenald Kasali | @Rhenald_Kasali

KOMPAS.com — Saya kebetulan mentor bagi dua orang ini: Dian Sastro dan Mooryati Soedibyo. Akan tetapi, pada Susi Pudjiastuti yang kini menjadi menteri, saya justru belajar.

Ketiganya perempuan hebat, tetapi selalu diuji oleh sebagian kecil orang yang mengaku pandai. Entah ini stereotyping, atau soal buruknya metakognisi bangsa. Saya kurang tahu persis.

Mooryati Soedibyo

Sewaktu diterima di program doktoral UI yang pernah saya pimpin, usianya saat itu sudah 75 tahun. Namun, berbeda dengan mahasiswa lain yang datang pakai jins, dia selalu berkebaya. Anda tentu tahu berapa lama waktu yang diperlukan untuk berkebaya, bukan?

Akan tetapi, ia memiliki hal yang tak dimiliki orang lain: self discipline. Sampai hari ini, dia adalah satu-satunya mahasiswa saya yang tak pernah absen barang sehari pun. Padahal, saat itu ia salah satu pimpinan MPR.

Memang ia tampak sedikit kewalahan "bersaing" dengan rekan kuliahnya yang jauh lebih muda. Akan tetapi, rekan-rekan kuliahnya mengakui, kemajuannya cepat. Dari bahasa jamu ke bahasa strategic management dan science yang banyak aturannya.

Teman-teman belajarnya bersaksi: "Pukul 08.00 malam, kami yang memimpin diskusi. Tetapi pukul 24.00, yang muda mulai ngantuk, Ibu Moor yang memimpin. Dia selalu mengingatkan tugas harus selesai, dan tak boleh asal jadi."

Masalahnya, ia pemilik perusahaan besar, dan usianya sudah lanjut. Ada stereotyping dalam kepala sebagian orang. Sosok seperti ini jarang ada yang mau kuliah sungguhan untuk meraih ilmu. Nyatanya, kalangan berduit lebih senang meraih gelar doktor HC (honoris causa) yang jalurnya cukup ringan.

Akan tetapi, Mooryati tak memilih jalur itu. Ia ingin melatih kesehatan otaknya, mengambil risiko dan lulus 4 tahun kemudian. Hasil penelitiannya menarik perhatian Richard D’aveni (Tuck School-USA), satu dari 50 guru strategi teratas dunia. Belakangan, ia juga sering diminta memaparkan kajian risetnya di Amerika Serikat, Belanda, dan Jerman.

Meski diuji di bawah guru besar terkemuka Prof Dorodjatun Kuntjoro Jakti, kadang saya masih mendengar ucapan-ucapan miring dari orang-orang yang biasa menggunakan kacamata buram dan lidahnya pahit. Ada saja orang yang mengatakan ia "diluluskan" dengan bantuan, "sekolahnya hanya dua tahun", dan seterusnya. Anehnya, kabar itu justru beredar di kalangan perempuan yang tak mau tahu keteladanan yang ia tunjukkan. Kadang ada juga yang merasa lebih tahu dari apa yang sebenarnya terjadi.

Akan tetapi, ada satu hal yang sulit mereka sangkal. Perempuan yang meraih doktor pada usia 79 tahun ini berhasil mewujudkan usahanya menjadi besar tanpa fasilitas. Perusahaannya juga go public. Padahal, yang menjadi dosennya saja belum tentu bisa melakukan hal itu, bahkan membuat publikasi ilmiah internasional saja tidak. Namun, Bu Moor juga berhasil mengangkat reputasi jamu di pentas dunia.

Dian Sastro

Dia juga mahasiswi saya yang keren. Sewaktu diterima di program S-2 UI, banyak juga yang bertanya: apa benar artis mau bersusah payah belajar lagi di UI?

Anak-anak saya di UI tahu persis bahwa saya memang cenderung bersahabat, tetapi mereka juga tahu sikap saya: "no bargain on process and quality".

Dian, sudah artis, dan sedang hamil pula saat mulai kuliah. Urusannya banyak: keluarga, film, dan seabrek tugas. Namun lagi-lagi, satu hal ini jarang dimiliki yang lain: self discipline. Ia tak pernah abai menjalankan tugas.

Sebulan yang lalu, setelah lulus dengan cum laude dari MM UI, ia berbagi pengalaman hidupnya di program S-1 pada kelas yang saya asuh.

"Saat ayah saya meninggal dunia, ibu saya berujar: kamu bukan anak orang kaya. Ibu tak bisa menyekolahkan kalau kamu tidak outstanding," ujarnya.

Ia pun melakukan riset terhadap putri-putri terkenal. Di situ ia melihat nama-nama besar yang tak lahir dari kemudahan. "Saya tidak cantik, dan tak punya apa-apa," ujarnya.

Dengan uang sumbangan dari para pelayat ayahnya, ia belajar di sebuah sekolah kepribadian. Setiap pagi, ia juga melatih disiplin, jogging berkilo-kilometer dari Jatinegara hingga ke Cawang, ikut seni bela diri. "Mungkin kalian tak percaya karena tak pernah menjalaninya," ujarnya.

Itulah mental kejuangan, yang kini disebut ekonom James Heckman sebagai kemampuan nonkognisi. Dian lulus cum laude dari S-2 UI, dari ilmu keuangan pula, yang sarat matematikanya. Padahal, bidang studi S-1 Dian amat berjauhan: filsafat.

Metakognisi Susi

Sekarang kita bahas menteri kelautan dan perikanan yang ramai diolok-olok karena "sekolahnya". Beruntung, banyak juga yang membelanya.

Khusus terhadap Susi, saya bukanlah mentornya. Ia terlalu hebat. Ia justru sering saya undang memberi kuliah. Dia adalah "self driver" sejati, yang bukan putus sekolah, melainkan berhenti secara sadar. Sampai di sini, saya ingin mengajak Anda merenung, adakah di antara kita yang punya kesadaran dan keberanian sekuat itu?

Akan tetapi, berbeda dengan kebanyakan orangtua yang membiarkan anaknya menjadi "passenger", ayah Susi justru marah besar. Pada usia muda, di pesisir selatan yang terik, Susi memaksa hidup mandiri. Ditemani sopir, ia menyewa truk dari Pangandaran, membawa ikan dan udang, dilelang di Jakarta. Hal itu dijalaninya selama bertahun-tahun, seorang diri.

Saat saya mengirim mahasiswa pergi "melihat pasar" ke luar negeri yang terdiri dari tiga orang untuk satu negara, Susi membujuk saya agar cukup satu orang satu negara. Saya menurutinya (kisah mereka bisa dibaca dalam buku 30 Paspor di Kelas Sang Profesor).

Dari usaha perikanannya itu, ia jadi mengerti penderitaan yang dialami nelayan. Ia juga belajar seluk-beluk logistik ikan, menjadi pengekspor, sampai terbentuk keinginan memiliki pesawat agar ikan tangkapan nelayan bisa diekspor dalam bentuk hidup, yang nilainya lebih tinggi. Dari ikan, jadilah bisnis carter pesawat, yang di bawahnya ada tempat penyimpanan untuk membawa ikan segar.

Dari Susi, kita bisa belajar bahwa kehidupan tak bisa hanya dibangun dari hal-hal kognitif semata yang hanya bisa didapat dari bangku sekolah. Kita memang membutuhkan matematika dan fisika untuk memecahkan rahasia alam. Kita juga butuh ilmu-ilmu baru yang basisnya adalah kognisi. Akan tetapi, tanpa kemampuan nonkognisi, semua sia-sia.

Ilmu nonkognisi itu belakangan naik kelas, menjadi metakognisi: faktor pembentuk yang paling penting di balik lahirnya ilmuwan-ilmuwan besar, wirausaha kelas dunia, dan praktisi-praktisi andal. Kemampuan bergerak, berinisiatif, self discipline, menahan diri, fokus, respek, berhubungan baik dengan orang lain, tahu membedakan kebenaran dengan pembenaran, mampu membuka dan mencari "pintu" adalah fondasi penting bagi pembaharuan, dan kehidupan yang produktif.

Manusia itu belajar untuk membuat diri dan bangsanya tangguh, bijak mengatasi masalah, mampu mengambil keputusan, bisa membuat kehidupan lebih produktif dan penuh kedamaian. Kalau cuma bisa membuat keonaran dan adu pandai saja, kita belum tuntas mengurai persepsi, baru sekadar mampu mendengar, tetapi belum bisa menguji kebenaran dengan bijak dan mengembangkannya ke dalam tindakan yang produktif.

Ketiga orang itu mungkin tak sehebat Anda yang senang melihat kecerdasan orang dari pendekatan kognitif yang bermuara pada angka, teori, ijazah, dan stereotyping. Akan tetapi, saya harus mengatakan, studi-studi terbaru menemukan, ketidakmampuan meredam rasa tidak suka atau kecemburuan pada orang lain, kegemaran menyebarkan fitnah dan rasa benar sendiri, hanya akan menghasilkan kesombongan diri.

Anak-anak kita pada akhirnya belajar dari kita, dan apa yang kita ucapkan dalam kesaharian kita juga akan membentuk mereka, dan masa depan mereka.

---------------------------

Prof Rhenald Kasali adalah Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pria bergelar PhD dari University of Illinois ini juga banyak memiliki pengalaman dalam memimpin transformasi, di antaranya menjadi pansel KPK sebanyak 4 kali, dan menjadi praktisi manajemen. Ia mendirikan Rumah Perubahan, yang menjadi role model dari social business di kalangan para akademisi dan penggiat sosial yang didasari entrepreneurship dan kemandirian. Saat ini, dia juga maju sebagai kandidat Rektor Universitas Indonesia. Terakhir, buku yang ditulis berjudul Self Driving: Merubah Mental Passengers Menjadi Drivers.

sumber tulisan : kompas.com

Pesan Haru Wanita Yang Dihukum Gantung

copas dari Family Guide

Reyhaneh Jabbari, seorang wanita Iran yang dihukum gantung karena membunuh pria yang memperkosanya, meninggalkan surat perpisahan untuk ibunya, Sholeh Parava. Dalam surat itu, Jabbari meminta agar semua organ tubuhnya disumbangkan untuk orang-orang yang membutuhkan.

"Saya tidak ingin membusuk di dalam tanah. Saya tidak ingin mata dan hati saya berubah menjadi debu. Saya mohon, setelah dihukum gantung, berikan jantung, ginjal, mata, tulang, dan apa pun yang dapat ditransplantasikan kepada orang yang membutuhkan sebagai hadiah," tulis Jabbari dalam suratnya yang diterjemahkan oleh Dewan Nasional Perlawanan Iran, seperti dilaporkan The Telegraph, Senin, 27 Oktober 2014. Sebelum dieksekusi, Jabbari dipenjara selama tujuh tahun. Jabbari dituduh membunuh Morteza Abdolali Sarbandi, pria yang memperkosanya, dengan sebuah pisau lipat. Namun, wanita 26 tahun itu yakin Sarbandi dibunuh oleh orang lain setelah memperkosa dirinya.


Keputusan menjatuhkan hukuman mati kepada Jabbari diberikan hakim pada akhir September lalu. Sabtu lalu, Jabbari akhirnya dihukum gantung dan menurut laporan akan dimakamkan di makam penjara Evin Prison atau Shahr-e Ray. "Ibuku, Sholeh tersayang. Jangan menangis. Situasi ini sungguh tidak adil untuk saya, tapi pengadilan Allah adalah yang paling adil. Mari kita lihat apa yang Allah inginkan. Aku ingin memelukmu sampai akhir hidup. Aku sangat mencintaimu," tulis Jabbari dalam suratnya bertanggal 1 April 2014.

Keputusan hakim sebenarnya telah diportes oleh Amnesty International. Sebuah petisi internasional telah mengumpulkan 200 ribu tanda tangan yang mengecam rencana putusan pengadilan Iran saat itu. Namun, efek petisi ini hanya sementara karena hanya mampu menunda eksekusi Jabbari yang harusnya dilakukan pada April lalu.


Sumber : tempo.co



Baca juga:
Siti, Penjuall Bakso Berusia 7 Tahun
Papa, Kembalikan Tangan Ita....
Malala Jadi Orang Paling Berpengaruh di Asia
Kekecewaan dan Penderitaan Dapat Mengubah Orang Biasa Menjadi Luar Biasa

Kisah Tragis Manusia Super Jenius

copas dari Family Guide

Menjadi jenius mungkin dambaan mayoritas manusia. Masalahnya, pengharapan sekaligus tekanan berlebih bisa mengorbankan hidup orang yang berotak super. Contoh paling tragis terekam pada kisah William J. Sidis, si jenius ber-IQ 250 - 300.

Mungkin belum banyak yang mengenal nama William J. Sidis. Kisah berikut akan menjelaskan siapa, apa, dan bagaimana kiprahnya di dunia keilmuan. Sebuah dunia yang mendewakan manusia-manusia super cerdas, lalu lalai pada sisi kemanusiaan itu sendiri.

Berawal dari Boris dan Sarah Sidis, pasutri Yahudi Ukraina yang menjadi imigran ke Amerika Serikat di akhir abad 19 akibat tekanan politik dan agama di negara asal mereka. Boris dan Sarah kemudian menetap di New York. Dalam waktu singkat, Boris menjadi psikolog cukup terkenal berkat metode hipnosis. Sarah menjadi dokter, dan di jaman itu ia satu-satunya perempuan yang mendapat gelar dokter. Karir pasutri ini sangat cemerlang.

Apakah semua cukup? Belum. Mereka menginginkan anak-anak yang bakal mewarisi kecemerlangan otak mereka. Dan, pada tanggal 1 April 1898, Sarah melahirkan anak pertama pasangan itu , William James Sidis .

Sejak kecil, pendidikan (atau pembentukan? pen.) William dimulai begitu intens. Tabungan keluarga digunakan untuk buku, mainan, serta perlengkapan lain yang bisa mendorong sang anak berkembang cepat. Memanfaatkan teknik psikologi inovatif Boris, William diajarkan untuk mengenal dan mengucapkan huruf dari alfabet dalam beberapa bulan. Si kecil sudah bisa berbicara seperti "door" (pintu) saat usianya 6 bulan. Serta terampil makan sendiri dengan sendok ketika 8 bulan.

Apa bayangan Anda tentang William? ya, anak ajaib. Demikian pula Boris dan Sarah, mereka sangat bangga. Bayangkan, saat menginjak usia 2 tahun William sudah bisa membaca harian New York Times dan mengetik dengan bahasa Inggris dan Perancis.
Sisi negatifnya, pelatihan berlebih ditambah atensi media (berkat Sarah yang suka menulis jurnal memamerkan keberhasilan anak mereka) mengakibatkan William kehilangan sisi "anak" yang seharusnya bermain dengan teman seusianya. Di usia 9 tahun ia sudah diterima di Harvard, walau pihak kampus menolaknya hadir di kelas karena secara emosional ia belum dewasa.

Orang tua William menekan Harvard dengan menuliskan kisah tersebut hingga dimuat di halaman pertama New York Times. Lalu Tufts College juga mengaku pada publik bahwa William mengoreksi kesalahan dalam buku-buku matematika dan mencoba untuk menemukan kesalahan dalam teori relativitas Einstein. Akhirnya Harvard menyerah, William pun bisa kuliah. Ia terdaftar sebagai mahasiswa ketika usianya mencapai 11 tahun.

Boston, 1910.

Di puncak musim dingin, ratusan orang hadir mendengarkan bocah ajaib William J Sidis berbicara tentang dimensi ke-4 pada tubuh manusia. Kabar ini menyebar cepat, dunia terkesima. Media mendapat sumber berita paling sensasional. Wartawan pun terus menguntit William di kampusnya. Bagaikan selebritas, ia tak punya waktu privasi lagi.

Di usia 16 tahun akhirnya William lulus dari Harvard dengan predikat cum laude. Membanggakan bagi orang tua dan publik, tapi tidak bagi William. Menurut penulis biografi Sidis Amy Wallace , William mengaku tidak pernah mencium seorang gadis. Suatu hal yang 'aneh' dalam budaya remaja Amerika. Saat wisuda, ia memberi pernyataan terbuka pada wartawan, "Saya ingin menjalani kehidupan yang sempurna. Satu-satunya cara untuk menjalani kehidupan yang sempurna adalah hidup dalam pengasingan. Saya selalu membenci orang banyak."

Setelah meninggalkan Harvard, masyarakat dan orang tuanya mengharapkan hal-hal besar dari William. Dia memang mengajar matematika di Rice University di Houston, Texas. Faktanya, usia William yang lebih muda dari semua siswanya mengakibatkan kesulitan dalam mengajar. Dia pun mengundurkan diri dan pindah kembali ke Boston.

Di saat yang sama, Amerika sebagai negara kapitalis bertolak belakang dengan haluan komunis. Sementara William justru berpaham sosialis, hal ini membawanya ke penjara di bulan Mei 1919 karena merancang demonstrasi sayap kiri. Dalam sel, ia bertemu Martha Foley seorang sosialis Irlandia. Cinta mereka berdua berjalan rumit, sehubungan dengan faham William yang 'unik' soal cinta, seni, dan seks hanyalah agen sebuah "kehidupan yang tidak sempurna."

Pengakuannya sebagai atheis dan sosialis di pengadilan menghasilkan hukuman 18 bulan penjara bagi William. Untung, pengaruh orangtuanya membuat ia keluar penjara. Ia lalu pindah dari satu kota ke kota lain, dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan mengubah namanya agar tak ditemukan.

Selama dalam keterasingan hidupnya, ia menulis puluhan buku dengan nama samaran. Masa-masa inilah karya-karyanya terbilang fenomenal. Dalam The Animate and the Inanimate (1925), William mengklaim tentang wilayah gelap di alam semesta (teori yang sekarang berkembang soal dark matter, anti matter, dan black hole). Sidis juga menulis sejarah Amerika dari jaman prasejarah hingga 1928. Ia menyebut bahwa orang-orang kulit merah sebagai penduduk pribumi juga hidup di waktu yang sama ketika nenek moyang kulit putih berkembang di Eropa.

Penarikan diri William dari dunia, memutuskan kontak dengan orangtuanya, menggiring William dalam kesendirian sebagai anti-sosial. Meskipun media tetap berusaha menjadikannya sumber berita. Tulisan di The New Yorker tahun 1937 yang memuat tulisan seorang reporter wanita yang dikirim untuk berteman sambil mengorek rahasia hidup William merupakan aib terbesar dalam hidupnya. Penggambaran dirinya yang kekanak-kanakan, atau menangis di tempat kerja sungguh kisah memalukan. Tuntutan William pada The New Yorker sempat sampai ke Mahkamah Agung, bagaimanapun publik telah melihat 'kehancuran' William yang gagal menjadi seorang pria seperti seharusnya.

Akhirnya di sebuah hari saat musim panas bulan Juli 1944, William ditemukan tak sadarkan diri dalam apartemen kecilnya di Boston. Ia terserang stroke, otaknya sekarat. Tak pernah sadar lagi dan meninggal di usia 46 tahun. Satu kenangan yang tersisa hanya foto dalam dompetnya, foto Martha Foley.
(Sumber & Foto: apakabardunia.com)





Baca juga:
Tolak Sekolah Normal karena Banyak Kecurangan, Andri Rizki Putra Giat Bangun Pendidikan Kejujuran
Kekecewaan dan Penderitaan Dapat Mengubah Orang Biasa Menjadi Luar Biasa
Nyalakan Lampu, Agar Ayahku Bisa Melihat Dari Bulan
Akhirnya JOE pun Bertemu dengan Ayah Edy
Dianggap Pengemis Karena Keterbatasan Fisik
Bapakku Seorang Waria

Usai Ikat Janji Perkawinan, Lelaki Ini Koma

copas dari Family Guide, Usai Ikat Janji Perkawinan, Lelaki Ini Koma

Joseph, (45) dan Edma, (44), demikian nama sepasang suami istri yang baru menikah ini. Sayang, kebahagiaan mereka terenggut karena sakit keras yang diderita sang suami. Jauh-jauh hari sudah Joseph dan Edma merencanakan pernikahan mereka. Hari ulang tahun Edma, yakni 13 Oktober, disepakati sebagai tanggal perkawinan. Namun, semua berubah menjadi mimpi buruk saat Joseph didiagnosa mengidap penyakit kanker pankreas stadium lanjut pada bulan Maret silam. Takut membuat sang calon istri khawatir, Joseph, yang adalah seorang anggota satuan polisi cadangan Singapura itu merahasiakan penyakitnya. Namun, hanya sebulan kemudian, Edma si calon istri pun akhirnya tahu.

"Sampai dia meninggal dunia, saya masih belum dapat mempercayainya. Ia sangat fit dan sehat. Kami menghadapinya bersama," kenang Edma. Pada bulan September, kondisi kesehatan Joseph menurun drastis sehingga membuatnya harus dirawat di rumah sakit. Edma, yang kala itu masih tinggal di Filipina, bergegas terbang ke Singapura dan mendampingi sang calon suami di rumah sakit. "Di rumah sakit, ia mengatakan pada saya, "aku sangat bahagia bisa melihatmu". Kami lalu menangis. Saya harus benar-benar siap secara mental," kenang Edma.

Karena keadaannya terus memburuk, Joseph meminta dokter untuk mengupayakannya tetap hidup sampai pada hari pernikahannya. Karena diduga tak lagi punya cukup waktu, keluarga buru-buru menggelar pernikahannya dengan Edma. Sekitar 30 orang memadati ruang isolasi untuk menghadiri pernikahan Joseph dan Edma yang digelar pada 14 Oktober. Mereka bertukar cincin di tengah suasana haru di Rumah Sakit Umum Singapura. Pernikahan pun berlangsung sederhana. Edma mengenakan gaun yang mereka beli bersama, sementara Joseph memakai seragam dinasnya. Hanya beberapa jam setelah menandatangani surat-surat nikahnya, Joseph jatuh koma. Semenjak itu, ia tak pernah bangun lagi. Delapan hari kemudian, Joseph meninggal dunia. "Ia sangat lemah, namun ia tetap berusaha tersenyum, membuka matanya dan meletakkan cap jarinya di surat-surat pernikahan. Setidaknya ia bahagia di saat-saat akhirnya," kata Edma. Kata-kata terakhirnya kepada Edma adalah: "Selamat ulang tahun, aku mencintaimu".

Sumber : suara.com

Baca juga:
Perempuan Yang Dicintai Suamiku
Sepasang Kakek Nenek Mengambil Foto Yang Sama Setiap Musim Berganti
Pernikahan Wanita Tanpa Tangan
Aku Terpaksa Menikahinya

Perempuan Yang Dicintai Suamiku

copas dari Family Guide, Perempuan Yang Dicintai Suamiku

Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja menurutku. Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan lebih menuruti apa mauku.

Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi kekantornya bekerja sampai subuh, baru pulang kerumah, mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.

Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2 seperti itu sebagai ungkapan sayang.

Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua diluarpun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.

Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main dengan anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.

Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun pernikahan kami. Sampai suatu ketika, disuatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit dirumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan dirumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama meisha, temannya Mario saat dulu kuliah.

Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan2 waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan dan penuh pesona. Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.

Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja..

Aku mulai mengingat2 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung didepan komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.

Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya,

“Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini? tidak mau makan juga? uhh… dasar anak nakal, sini piringnya”, lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba2 saja sepiring nasi itu sudah habis ditangannya. Dan….aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun!

Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang kerumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.

Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu manis, dia bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton. kali lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu2.

Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya.

Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta, aku tidak pernah menyangka, hatikupun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.

Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papanya, dan memanggilku, “Mama, mau lihat surat papa buat tante Meisha?”

Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,

Dear Meisha,
Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu dari anak2ku.

Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik2 terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya.

Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.

Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in my heart.

yours,
Mario

Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku.

Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia mencintai perempuan lain.

Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan diamplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya..

Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua. Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.

Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ? Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku ? itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku..

Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus didalam hatinya. Dengan pura2 tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.

**********
Setahun kemudian…

Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.

” Mario, suamiku….
Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin.. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku… Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku…..

Ternyata aku keliru…. aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario..

Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, “kenapa, Rima? Kenapa kamu mesti cemburu? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku?”

Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.

Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan.

Istrimu,
Rima”

Di surat yang lain,

“………Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha……”

Disurat yang kesekian,

“…….Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.

Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah2 padamu, aku tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang kerumah. Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah…….

Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya……..”

Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya… dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.

Disurat terakhir, pagi ini…

“…………..Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.

Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.

Tahukah engkau suamiku,

Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu ?………”

Jelita menatap Meisha, dan bercerita,

“Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya diseberang jalan, Ketika mama menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi…… aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante…… aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak……”. Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.

Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.

Dear Meisha,
Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah2 dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba2 aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar…. Inikah tanda2 aku mulai mencintainya?

Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku….

Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk disamping nisan Rima. Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah terjadi, Mario.

Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita.

“Pesan” dahsyat buat para suami (dan calon suami) untuk menjaga istrinya…
Dan motivasi hebat buat para istri (dan calon istri) untuk tetap mencintai suaminya…


Baca juga:
Sepasang Kakek Nenek Mengambil Foto Yang Sama Setiap Musim Berganti
Pernikahan Wanita Tanpa Tangan
Aku Terpaksa Menikahinya

Pianis dengan 4 Jari

diterjemahkan dari 4-finger pianist

Cerita ini akan menginspirasi Anda ... untuk menyadari bagaimana orang dapat mengatasi kesulitan!

Apa yang Anda lakukan ketika Anda lahir dua jari pada masing-masing tangan dan ketika berusia tiga tahun kaki Anda diamputasi di bagian lutut? Nah, jika Anda Hee Ah Lee, Anda akan menjadi seorang pianis konser. Sekarang dia seorang pemain piano profesional, dan Anda akan senang mendengar dia bermain piano, dengan menonton video di bawah ini:




Hee Ah Lee lahir dengan cacat fisik yang parah. Dia hanya memiliki dua jari di tiap tangan. Dan kakinya hanya sampai lutut. Dokter hanya berharap dia bisa terus bertahan hidup. Tapi dia benar-benar hidup. Pada usia enam tahun dia mulai bermain piano. Pada saat itu, empat jari-jarinya sangat lemah. Dia bahkan tidak bisa memegang pensil. Ibunya berharap bermain piano akan memperkuat jari-harinya.

Keputusannya membawa hasil. Tapi lebih dari itu, Lee menemukan panggilannya di sini. Dia sekarang keliling dunia, bermain piano untuk membuat penonton tertegun. Dia memainkan karya-karya yang akan sulit bagi pianis dengan anggota badan normal.

Video itu nyata dan Hee Ah Lee benar-benar ada. Ini adalah kisah seorang ibu dan putrinya yang telah mengatasi rintangan sejak dini.


Ibu Lee tiba-tiba hamil tanpa diharapkan saat menikah dengan seorang pria cacat. Dokter mengatakan kepadanya bahwa karena obat yang telah dikonsumsinya anaknya tidak akan lahir normal. Dia memilih untuk melanjutkan kehamilan dan pada tahun 1985 di Seoul, Korea Selatan, Hee Ah Lee lahir dengan hanya dua jari pada setiap tangan, kakinya cacat, dan mengalami cedera otak ringan. Rumah sakit mengatakan kepada Sun bahwa dia tidak bisa merawat anak itu di rumah dan kerabat ingin agar anak itu adopsi di negara asing. Tetapi Sun merasa bayinya itu cantik dan bertekad bahwa anaknya itu akan menjalani kehidupan yang sukses.


Ketika Lee masih pra-sekolah ibunya memutuskan agar putrinya mengambil pelajaran piano karena dua alasan. Salah satunya adalah bahwa ia merasa itu akan membantunya memperkuat tangannya agar dia bisa memegang pensil. Alasan lain adalah bahwa ia merasa bahwa jika putrinya bisa menguasai piano, putrinya akan bisa menguasai yang lain. Selama enam bulan sekolah piano itu tidak memberikan harapan apa-apa malah seorang guru yang menerima tugas mengajari putrinya merasa putus asa dan ingin berhenti. Ini menyebabkan perang kehendak antara ibu dan anak yang berlangsung selama 3 bulan yang menyebabkan membuat putrinya frustrasi. Dia mengatakan Lee bangkit kembali di kursi piano dan untuk pertama kalinya memainkan lagu anak-anak yang telah dipelajarinya. Itu adalah titik balik dan satu tahun kemudian Lee memenangkan hadiah utama dalam konser piano untuk anak TK.Pada usia 7 Lee memenangkan  National Handicap Conquest Contest Korea yang ke-19 dan menerima penghargaan dari Presiden Korea.

Pada usia ke 22 Lee telah memenangkan berbagai penghargaan, dan merupakan pianis konser yang banyak bepergian dengan lebih dari 200 pertunjukan. Album pertamanya berjudul “Hee-ah, a Pianist with Four Fingers” dirilis pada bulan Juni 2008.

Lee sangat menghargai ibunya yang telah menantangnya untuk menguasai piano. Lee mengatakan bahwa meskipun latihannya sulit, "seiring berlalunya waktu, piano menjadi sumber inspirasi dan sahabatku."




Baca juga:
Angga Fajar, Putra Tukang Bangunan Yang Lulus S2 Dengan IPK 4,00
Anak “Bodoh” Peraih Hadiah Nobel
Kisah Achara Poonsawat: Learning by Doing not Teaching
Sekolah Normal karena Banyak Kecurangan, Andri Rizki Putra Giat Bangun Pendidikan Kejujuran
Kekecewaan dan Penderitaan Dapat Mengubah Orang Biasa Menjadi Luar Biasa

Sepasang Kakek Nenek Mengambil Foto Yang Sama Setiap Musim Berganti

Sepasang Kakek Nenek Mengambil Foto Yang Sama Setiap Musim Berganti
copas dari SepasangKakek Nenek Mengambil Foto Yang Sama Setiap Musim Berganti

Ada yang mengatakan bahwa “gambar/foto bisa berbicara dalam seribu bahasa”. Salah satunya adalah dengan menunjukkan apa yang sedang kita rasakan atau hubungan kita dengan seseorang. Setiap musim, pasangan ini berfoto di depan rumah mereka. Sebagai hasilnya, tanpa perlu penggambaran apapun, sebuah cerita cinta sudah bisa kita lihat. Cerita yang penuh dengan harapan, kebahagiaan, ketakutan, dan kehilangan, tetapi disajikan dengan cara yang paling unik. Anda akan melihatnya pada foto – foto ini.























Lalu foto ini. :’(



Sudah bisa kita lihat sendiri apa perasaan sang pria di foto terakhir…
Bagikan cerita ini kepada teman Anda.


Baca juga:
Pernikahan Wanita Tanpa Tangan
Aku Terpaksa Menikahinya
5 Menit Saja

Angga Fajar, Putra Tukang Bangunan Yang Lulus S2 Dengan IPK 4,00

Angga Fajar, Putra Tukang Bangunan Yang Lulus S2 Dengan IPK 4,00
copas dari Angga Fajar, Putra Tukang Bangunan Yang Lulus S2 Dengan IPK 4,00


Kapanlagi.com - Sudah menjadi hal yang lumrah kalau Sumpah Pemuda memang wajib menjadi sebuah tonggak sejarah yang selalu mengingatkan kepada seluruh generasi muda Indonesia. Momen tersebut memang sudah terjadi pada 28 Oktober 1928 silam. Namun sebagai pemuda Indoneisa, saat ini yang bisa kamu lakukan adalah membuat Indonesia bangga padamu.

Hal itu sepertinya dilakukan oleh Angga Fajar Setiawan. Mahasiswa lulusan jurusan Teknik Sipil UGM angkatan 2008 ini bahkan sangat cocok dianggap sebagai sosok teladan sekaligus inspirasi para pemuda Indonesia. 8 semester menempuh pendidikan di UGM, Angga mendapatkan beasiswa SPP penuh. Tak hanya itu, semenjak semester 6, UGM bahkan memberikan uang saku untuknya.

Diwawancarai Merdeka, pemuda kelahiran 6 Juni, 25 tahun lalu ini menceritakan bahwa dia diterima di UGM melalui jalur PBTUM. Saat itu dirinya dan salah satu rekannya yang sama-sama bersekolah di SMA Negeri 1 Boyolangu, Tulungagung diterima masuk di salah satu perguruan tinggi paling bergengsi di Indonesia.

Kendati bukan berasal dari keluarga yang mapan, Angga membuktikan jika tekadnya sekeras baja. Angga sendiri hanyalah putra dari seorang tukang bangunan bernama Komarudin dan ibu seorang TKW di Malaysia. Belajar dengan tekun selalu dilakukan oleh Angga sehingga dia sukses lulus S1 cumlaude dengan IPK 3,78. Enggan berhenti, Angga langsung mencatatkan dirinya sebagai mahasiswa jurusan Teknik Sipil yang mengambil program percepatan studi dari S1 ke S2.

Pendidikan adalah segalanya sepertinya benar-benar dilakukan oleh Angga foto via UGM
Pendidikan adalah segalanya sepertinya benar-benar dilakukan oleh Angga foto via UGM

Tak main-main, Angga yang menempuh S2 dengan beasiswa dari SEAMOLEC itu akhirnya meraih IPK sangat sempurna yakni 4,00. Membuktikan bahwa dia adalah pemuda Indonesia yang benar-benar ingin membangun negaranya, Angga pun kini bersiap pergi ke Jepang lantaran dirinya sukses meraih beasiswa S3 di Universitas Kyoto.

Secara jujur, Angga ingin kembali lagi ke UGM sebagai seorang dosen. Impiannya ingin membuat banyak pemuda Indoneia menjadi sosok yang lebih pintar dan berguna sudah dilakukan olehnya. Tak heran jika bocah Tulungagung itu memang cocok jadi sosok panutan negeri ini. Sukses pemuda Indonesia! (mdk/aia)

Baca juga:
Anak “Bodoh” Peraih Hadiah Nobel
Kisah Achara Poonsawat: Learning by Doing not Teaching
Sekolah Normal karena Banyak Kecurangan, Andri Rizki Putra Giat Bangun Pendidikan Kejujuran
Kekecewaan dan Penderitaan Dapat Mengubah Orang Biasa Menjadi Luar Biasa

Pernikahan Wanita Tanpa Tangan

copas dari Pernikahan Wanita Tanpa Tangan postingan Family Guide di FB

Sungguh pernikahan dua anak manusia ini bagaikan kisah di negeri dongeng. Putri Herlina, seorang gadis yang terlahir cacat karena tidak mempunyai kedua tangan , dipersunting oleh Reza Hilyard Somantri , putra mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Maman Husein Somantri. Anda mungkin tidak percaya, saya juga, tetapi kalau Tuhan yang menghendaki, maka semua akan terjadi.

Membaca kisah hidup Putri Herlina yang penuh suka dan duka pasti membuat kita terharu. Putri ditinggalkan di rumah sakit ketika masih kecil oleh orangtuanya karena cacat, lalu oleh rumah sakit dia diserahkan ke panti asuhan Yayasan Sayap Ibu di Yogyakarta. Selama hidup di panti, Putri belajar untuk mandiri. Meskipun tidak mempunyai tangan, tetapi dia dapat melakukan kegiatannya sendiri dengan menggunakan kakinya, seperti menulis, makan, mengganti baju, mandi, menggosok gigi, menggunakan komputer, dan lain-lain.

Putri Herlina ingin hidup normal seperti wanita lainnya, dia ingin keluar dari panti dan menikah dengan pria idaman yang tidak buntung seperti dirinya. Doanya yang tidak pernah putus akhirnya dikabulkan oleh Tuhan, tidak disangka seorang lelaki gagah dari kalangan orang terpandang melamarnya dan mempersuntingnya menjadi istri. Dialah yang menemukan Putri Herlina di panti dan mengangkat kisahnya di dalam blog miliknya. Kisah yang diungkapkan di dalam blog tersebut sangat mengharukan dan sangat inspiratif.

Reza Hylliard adalah seorang lelaki yang sangat hebat, sebab dia mau menerima kekurangan istrinya itu. Kedua orangtua dan saudaranya juga adalah orangtua dan keluarga yang hebat, sebab dengan kebesaran jiwanya mereka mau menerima pilihan anaknya. Sangat langka ada pria yang mempunyai pikiran seperti Reza. Orang normal seperti Anda, pasti ingin yang sempurna, mendapat jodoh yang sepadan, sehak fisik dan jasmani. Tetapi, Reza menurut extraordinary, dia melihat dengan mata hati, bukan dengan mata fisik semata.

Sumber : rinaldimunir.wordpress.com

Aku Terpaksa Menikahinya

Aku Terpaksa Menikahinya
copas dari Aku Terpaksa Menikahinya (Kisah Inspirasi untuk Para Istri dan Suami)



Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki:

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orang tuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orang tuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada di mana?” tanya suamiku cepat, khawatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali ku telepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan Maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orang tuaku dan orang tuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak di mataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, air mataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam masjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak peduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Ia pun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku shalat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku shalat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Shalatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah dari mana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu. Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Total Pageviews