Latest Updates

dr. Lo Siauw Ging, Menjadi Cina Plus

dr. Lo Siauw Ging, Menjadi Cina Plus
Copas dari postingan Herry Tjahjono

"MENJADI CINA PLUS"
Mungkin sudah ada sahabat yang pernah mendengar kisah dr. Lo Siauw Ging di Solo. Dokter yang lebih mirip sebagai filantropis sejati dengan menggratiskan pasien2nya yang kebanyakan dari kalangan kurang mampu.
Tapi ada angle / sudut pandang lain yang bisa menawarkan sebutir mutiara kehidupan bagi siapapun yang hidup di negeri ini - khususnya sahabat yang kebetulan bersuku Cina.
Di usia senjanya, dr. Lo tetap berjuang sesuai nilai-nilai hidupnya yang mulia. Pada suatu kesempatan wawancara, ketika ditanya apakah ia tak mengalami kesulitan dengan cara kerjanya yang relatif serba melayani tanpa pamrih seperti itu - dia hanya menjawab lirih :
"Kesulitan itu pasti ada. Tapi dalam prakteknya kita tidak perlu takut. Seorang dokter tidak pernah sampai mati kelaparan, itu sudah pasti."
Sebuah bentuk keyakinan luarbiasa pada sosok sederhana itu.
Bahkan dalam sebuah penggalan hidupnya ketika praktek melayani di daerah Gunung Kidul dan ia tak penah dapat uang dari penduduk - ia tetap bisa makan dengan kenyang. Sebab para penduduk itu memberikan makanan pada dr. Lo. 
Kemanapun ia pergi, di desa manapun - pasti dikasih makan dan mendapat makanan. Itulah bagian dari "misteri penyelenggaraan Illahi" - yang diyakininya dengan teguh.
Ketika lulus SMA dan ingin sekolah kedokteran, ia diberi ijin oleh ayahnya - dengan tambahan pesan : " Kalau mau cari duit, jangan jadi dokter. Kalau cari duit, jadilah pedagang."
Pesan mutiara itulah yang akhirnya membentuk kemuliaan dr. Lo sebagai seorang dokter. Kita bisa membandingkan dengan sikap dan orientasi sebagian dokter yang ada di negeri kita - yang beberapa waktu lalu bahkan sempat dihebohkan soal praktek kolusi mereka dengan pabrikan farmasi. Dan tentu ujungnya, pasien yang dirugikan karena sering harus menebus obat yang mahal produksi perusahaan tertentu, sesuai yang dituliskan dalam resep oleh sang dokter. Sebuah gaya hidup yang bertolak belakang dan berhadapan secara diametral dengan sikap dan gaya hidup dr. Lo.
Dr. Lo hanya seorang dokter Cina "biasa", namun ia punya mutiara dalam dirinya - yang tidak selalu dimiliki oleh dokter lain. Filosofi cinta dr. Lo yang menggetarkan hati siapapun yang mendengarnya : 
" Pernahkah kamu berpikir, memangnya kita bisa makan pakai cinta ? Tentu bisa, bahkan lebih. Jika kamu dicintai warga, niscaya hajat atau kebutuhan hidupmu senantiasa dijaga, dipelihara dan diperjuangkan. Dan kamu tak perlu memintanya untuk itu."
Bahkan seorang sahabat yang Muslim menjadi donatur dr. Lo.
Sungguh indah dan menggetarkan.
Menjadi Cina saja di negeri ini tidak cukup. Jika kita mencintai negeri ini, kita harus menjadi Cina plus. Itu soal pilihan. Dan dr. Lo telah memilih, yang dibuktikannya secara sempurna sebagai seorang "Cina plus" di negeri ini.
Negeri ini memerlukan sebanyak mungkin Cina plus, bukan hanya Cina oportunis yang bahkan tak segan jadi benalu bagi ibu pertiwi. Plus itu bukan kekayaan, tapi lebih pada nilai-nilai kemuliaan, keluhuran, kebaikan, dan lainnya.
Dr. Lo mungkin bukan dokter terbaik di negeri ini, tapi dia layak dimasukkan sebagai salah satu dokter termulia.

SEBAB PADA AKHIRNYA PERLU DISADARI : KITA TAK PERNAH MEMINTA DILAHIRKAN SEBAGAI CINA DI NEGERI INI.
MENJADI CINA DI NEGERI INI ADALAH TAKDIR.
MENJADI CINA BUKAN PILIHAN. MENJADI CINA PLUS, ITU PILIHAN.

Total Pageviews